. Pengertian Cestoda

Cacing ini bersifat
hermaprodit, cara multiplikasi / reproduksi / berkembang biak dengan jalan
mengeluarkan telur (ovipar) dan kadang-kadang perbanyakan dalam bentuk larva.
Cara infeksi
biasanya dengan larva yang mengalami enkistasi masuk ke traktus digestivus
hospes.
Ø Bagian tubuh:
a. Kepala
(scolex)
Berfungsi
untuk melekat ( biasanya membulat). Pada eucestoda biasanya mempunyai 4 sucker
(acetabulum) yang dapat dilengkapi dengan kait. Pada bagian skoleks dapat juga
dijumpai adanya rostellum (penonjolan/moncong) yang sering dilengkapi dengan
kait.
Pada
cotyloda tidak mempunyai organ melekat seperti eucestoda (acetabulum) tetapi
mempunyai bothria (celah panjang dan sempit serta berotot lemah).
b. Leher
Tidak
bersegmen, sesudah scoleks melanjut ke leher.
c.
Tubuh atau badan
Terdiri
dari segmen-segmen (Proglottid) yang dipisahkan oleh garis-garis transversal,
tiap-tiap proglotid biasanya mengandung 1 atau 2 set organ reproduksi.
d.
Proglotid
Dibentuk mulai dari
leher yang makin menjahui scoleks semakin dewasa/masak. Dikenal tiga macam
proglotid, yaitu proglottid muda, proglottid dewasa (organ reproduksi
berkembang dan berfungsi sempurna) dan proglotid gravid (penuh telur, organ
reproduksi mengalami degenerasi). Pada banyak cacing pita, telur tidak
dikeluarkan tetapi mengumpul di proglotid gravid, selanjutnya proglotid ini
lepas dan keluar bersama feses.
ORDO;
CESTODA terbagi
dalam 2 Ordo :
1.
Ordo Pseudophyllidea
2.
Ordo Cyclophyllidea
Perbedaan Ordo Pseudophyllidea dengan Ordo Cyclophyllidea :
Perbedaan
|
Pseudophyllidea
|
Cyclophyllidea
|
Scolex
|
Ada 2 cekah isap di tengahsegmen (sucking grove)
|
Ada 4 batilisap
|
Porus uterinus
|
Ditengah segmen
|
Tidak ada (buntu)
|
Uterus
|
Seperti spiral
|
Seperti kantong,
bercabang-cabang, dan berisi telur yang terbungkus kapsul
|
Telur
|
Mempunyai operculum
|
Tidak beroperculum
|
Onchosphere
|
Bersilia
|
Tidak bersilia, ada 6 kait
|
Larva
|
Procercoid, Plerocercoid
|
Cysticercoid, Cysticercus, Hidatid
|
Genus &
Spesies
|
Diphyllobothrium latum, Diplogonoporous grandis
|
Taenia saginata
Taenia solium
Hymenolepis nana
Hymenolepis
diminuta
Dipylidium
caninum
|
1.
Diphyllobothrium
latum
a.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Pseudophyllidea
Family : Diphyllobothriidae
Genus : Diphyllobothrium
Species :Diphyllobotrium latum
b.
Morfologi
Bersifat hermafrodit
Ukuran : Cacing
dewasa panjangnya dapat
mencapai 10 meter. Panjang scolex dengan lehernya 5-10
mm jumlah proglotidnya bisa mencapai 3.000 atau lebih. Satu cacing bisa
mengeluarkan 1.000.000 (satu juta) telur setiap harinya.
Habitat : menempel pada dinding intestinum
dengan scolex.
c.
Siklus hidup
![]() |
Telur Diphyllobothrium latum harus jatuh kedalam air agar bisa menetas menjadi corasidium. Corasidium (larva) ini harus dimakan oleh cyclops atau Diaptomus untuk bisa melanjutkan siklus hidupnya. Di dalam tubuh Cyclops larva akan tumbuh menjadi larva procercoid.
d.
Gejala Penyakit
Biasanya asympotomatis, tetapi kadang kadang berupa perut
sakit, berat badan menurun dan anemia.
e.
Sampel :
Sampel berupa feses untuk pemeriksaan adanya telur cacing.
f.
Pencegahan:
Ikan harus dimasak sampai matang sebelum dimakan.
2.
Taenia saginata
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum :Platyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae
Genus : Taenia
Spesies : Taenia saginata
b.
Morfologi
Bersifat hemafrodid.
Ukuran cacing dewasa panjangnya antara 5-10 meter
Hidup didalam intestinum.
c.
Siklus hidup
![]() |
d.
Gejala penyakit
Biasanya asymptomatis. Pada infeksi yang berat dapat timbul
gejala sakit epigastrum, nafsu makan bertambah, lemas, dan berat badan
berkurang. Kadang kadang disertai vertigo, nausea, muntah, sakit kepala dan
diarrhea.
e.
Sampel
Feses untuk menemukan telur cacing dan proglotidnya.
f.
Pencegahannya
Dilakukan dengan memasak daging sampai matang sebelum di
makan.
3.
Taenia solium
a.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae
Genus : Taenia
Spesies : Taenia solium
b.
Morfologi
Cacing dewasa bisa mencapai 2-7 meter
Bersifat hemafrodid
Cacing dewasanya menempel pada dinding intestinum dengan
scolexnya sedangkan cysticercusnya terdapat di jaringan otot atau jaringan
subcutan.
c.
Siklus hidup
Cacing dewasa yang berada di dalam intestinum jarang
menimbulkan gejala. Gejala yang sering muncul adalah sakit epigastrum, nafsu
makan meningkat, lemah dan berat badan menurun.
Cysticercus berada di jaringan otak, sumsum
tulang belakang, mata atau otot jantung akibatnya menjadi serius bahkan bisa
mematikan.
![]() |
d.
Sampel
Sample berupa feses penderita untuk mencari proglotid dan
telur cacingnya
e.
Pencegahan
Pencegahan dengan memasak daging sampai matang sebelum
dimakan.
4.
Hymenolepis nana
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Kingdom : Animalia
Phylum
: Platyhelminthes
Class
: Cestoda
Ordo
: Cyclophyll
Family
: Hymenolepididae
Genus
: Hymenolepis
Species
: Hymenolepis nana
Nama
penyakit : Hymenolepiasis
b.
Morfologi
Bersifat hermafrodit, panjangnya 25-40 mm, dan lebarnya 1mm.
Menimbulkan penyakit pada manusia dan tikus
Cacing dewasanya hidup di intestinum.
c.
Siklus hidup
Telur yang masuk bersama makanan atau minuman setelah sampai
di dalam duodenum, akan menetas menjadi oncosphere. Oncosphere akan menembus
villus usus dan berkembang menjadi cysticercus matang, akan berkembang menjadi
cacing dewasa dan menetap di antara vili usus.
d.
Gejala Penyakit
Penyakitnya sering kali asymptomatis, Bila infeksinya berat,
akan timbul diarrhea dan sakit di perut.
e.
Sampel
f.
Pencegahan
- Menjaga kesehatan makanan dan minuman
- Meningkatkan hygiene pribadi
5.
Hymenolepis
diminuta
a.
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Platyhelminthes
Class
: Cestoda
Ordo
: Cyclophyllidea
Family
: Hymenolepididae
Genus
: Hymenolepis
Species
: Hymenolepis diminuta
b.
Morfologi
Cacing dewasa
Panjang :
10-60 cm.
Lebar :
3-5 cm.
Terdapat 800-900
segmen.
c.
Penyebaran
Kosmopolipit, juga ditemukan di Indonesia.
d.
Hospes dan Habitat
Manusia, tikus, dan mencit, habitat di usus halus.
e. Siklus Hidup
![]() |
f.
Sampel
Menemukan telur dalam tinja.
g.
Pencegahan
Membasmi tikus dan serangga yang berperan sebagai hospes perantara.
6.
Diphyllidium
caninum
a.
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Platyhelminthes
Class :
Cestoda
Ordo : Cyclophylidea
Family :
Dipylidiidae
Genus :
Dipylidium
Species :Dipylidium caninum
b.
Morfologi
Panjang :
40-50 cm.
Memiliki 60-175 proglotid.
Skolek berbentuk belah ketupat dengan 4 batil hisap lonjong
dan menonjol.
c.
Penyebaran
Kosmopolit.
d.
Hospes
Hospes dari parasit ini anjing dan kucing, kadang-kadang
dapat mengenai manusia. Habitat di usus halus.
e.
Siklus Hidup
![]() |
f.
Gejala Penyakit
Infeksi ringan tanpa gejala, infeksi berat atau pada
anak-anak dapat menimbulkan diare.
g.
Sampel
Menemukan telur dalam tinja atau di perianal, atau menemukan
proglotid yang berkelompok.
h.
Pencegahan
Menghindari anak bermain dengan anjing dan kucing, dan
membasmi kutu binatan tersebut.
REFERENSI :
REFERENSI :
Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi & Parasitologi Untuk
Akademi Keperawatan dan Sekolah Tenaga Kesehatan yang
Sederajat. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti
Juni, Prianto L.A dkk,. 2002. Atlas Parasitologi Kedokteran.
Cetakan Kelima. Jakarta: PT. Gramedia
Maaf masih dalam tahap percobaan posting , Referensi tercantum tetapi tidak terlihat ..
BalasHapus